Ambil Sumpah, Erdogan Resmi Perpanjang 3 Dekade Kekuasaannya

Ambil Sumpah, Erdogan Resmi Perpanjang 3 Dekade Kekuasaannya

Presiden Turki, Reccep Tayyip Erdogan--Reuters

JAKARTA. TRENDINGNEWS.ID - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengucapkan sumpah jabatan untuk masa jabatan presiden baru pada hari Sabtu setelah memenangkan pemilihan kembali akhir pekan lalu, memperpanjang pemerintahannya menjadi tiga dekade.

"Saya, sebagai presiden, bersumpah atas kehormatan dan integritas saya di hadapan bangsa Turki yang besar dan sejarah untuk melindungi keberadaan dan kemerdekaan negara," kata Erdogan dalam sebuah upacara di parlemen di Ankara dilansir dari alarabiya.net, Sabtu. (03/06).

Erdogan menerima mandatnya dari pembicara parlemen sementara sebelum mengucapkan sumpah.

Sebagai pemimpin yang menjabat terlama di Turki, Erdogan memperoleh dukungan 52,2 persen dalam pemungutan suara putaran kedua pada tanggal 28 Mei. Kemenangannya dalam pemilihan tersebut menentang sebagian besar jajak pendapat dan muncul meskipun adanya krisis biaya hidup yang diyakini telah merugikan prospeknya.

Mandat barunya selama lima tahun memungkinkan Erdogan untuk melanjutkan kebijakan yang semakin otoriter yang telah memecah belah negara tersebut, anggota NATO, tetapi memperkuat posisinya sebagai kekuatan militer regional.

Setelah mengucapkan sumpah di parlemen, sebuah upacara akan diadakan di istana kepresidenan yang dihadiri oleh pejabat tinggi dari 78 negara dan organisasi internasional, termasuk Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, Presiden Venezuela Nicolas Maduro, Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban, dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, menurut kantor berita resmi Anadolu Agency.

Erdogan akan mengumumkan kabinetnya pada Sabtu, dan diperkirakan akan memberi isyarat perubahan dalam pendekatan tak lazimnya terhadap kebijakan ekonomi.

Erdogan, yang berusia 69 tahun, menjadi perdana menteri pada tahun 2003 setelah Partai AK-nya memenangkan pemilihan pada akhir 2002 menyusul krisis ekonomi terburuk Turki sejak tahun 1970-an.

Pada tahun 2014, ia menjadi presiden terpilih secara populer pertama negara ini dan terpilih kembali pada tahun 2018 setelah memperoleh kekuatan eksekutif baru untuk kepresidenan dalam referendum tahun 2017.

Sumber: