Pertemuan antara kedua belah pihak dilakukan di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, dan berlangsung dalam suasana profesional dengan upaya mencari solusi damai.
Dalam pertemuan tersebut, Ahmad dikabarkan telah mengakui sebagian dari peristiwa yang menjadi dasar dugaan kerugian sekaligus menyatakan niat untuk mengembalikan dana tersebut secara bertahap.
Langkah tersebut dianggap sebagai bentuk itikad baik yang diharapkan dapat meredakan ketegangan di antara kedua belah pihak tanpa perlu melibatkan jalur hukum pidana.
Meski demikian, nilai pasti dari kerugian tersebut masih dalam proses perhitungan yang dilakukan secara bersama-sama oleh tim hukum dari kedua belah pihak.
Kuasa hukum Tasya Farasya menjelaskan bahwa nominalnya diperkirakan mencapai “puluhan miliar rupiah”, namun angka final belum dapat diumumkan karena masih menunggu hasil klarifikasi dan pembukuan lengkap.
Proses negosiasi terus berjalan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan kesalahpahaman atau kesan publik yang keliru terhadap situasi sebenarnya.
Dalam pernyataan terpisah, Fattah Riphat menegaskan bahwa penyelesaian secara kekeluargaan tetap menjadi prioritas utama selama masih ada komunikasi yang baik dan komitmen untuk menyelesaikan masalah.
BACA JUGA:Tidak Perlu Bayar Denda! Cara Resmi Ikut Pemutihan BPJS Supaya Kepesertaan Aktif Lagi!
Sikap kooperatif Ahmad Assegaf membuat pihak Tasya memilih untuk menahan diri dan tidak terburu-buru membawa kasus ini ke jalur hukum pidana.
Menurut kuasa hukumnya, keputusan tersebut diambil demi menjaga kehormatan kedua keluarga dan menghindari polemik yang lebih luas di mata publik.
Selama Ahmad menunjukkan niat baik dan kesediaan untuk mengganti kerugian, pihak Tasya akan tetap membuka ruang dialog serta mengedepankan penyelesaian damai.
Namun, jika dalam waktu tertentu tidak ada perkembangan berarti, tidak tertutup kemungkinan langkah hukum tetap akan ditempuh untuk menegakkan keadilan.