Selain itu, berdasarkan laporan mingguan morbiditas dan mortalitas April 2021 dari CDC, menunjukkan bahwa mutasi ini juga sangat berpengaruh di panti jompo Kentucky pada Maret 2021 lalu.
Disebutkan, bahwa ada 46 penduduk dan petugas kesehatan yang terinfeksi varian R.1 ini.
Lalu, soal apakah varian R.1 lebih menular dibanding Delta, para peneliti tampaknya masih perlu waktu untuk membuktikan lebih jauh.
"Saat ini memang belum terlihat sih, apakah varian R.1 ini akan lebih ganas menyebar sehingga mengalahkan daya sebar yang dimiliki Delta," kata Dr. Brown.
Tapi, masih menurut Dr. Brown, bisa juga lebih cepat menyebarnya jika dibanding varian lain. Pasalnya, menurut CDC, strain tampaknya memiliki mutasi D614G yang sekaligus menunjukkan bukti peningkatan penularan.
Namun, gejala varian R.1 tampaknya tidak unik atau baru, dibanding apa yang telah kita lihat dengan jenis Covid lainnya.
"Meskipun penyakit pernapasan cukup umum, banyak pasien yang datang dengan gejala gastrointestinal, neurologis, atau gejala lain (juga)," timpal J. Wes Ulm, M.D., Ph.D., dokter dan peneliti medis.
+++++
Disebutkan juga, bahwa sejauh ini tampak bahwa R.1 tidak berbeda secara substantif dalam kisaran tanda dan gejala dibandingkan dengan varian umum lainnya.
Seperti jenis Covid-19 lainnya, varian R.1 dapat bermanifestasi sebagai demam, kedinginan, batuk, sesak napas, kehilangan rasa dan/atau penciuman, sakit kepala, nyeri tubuh dan otot, serta diare atau muntah.
Lantas, bagaimana cara melindungi diri dari varian R.1? "Orang yang tidak divaksinasi berada pada risiko terbesar jika terpapar varian Covid-19, termasuk varian R.1," sahut Dr. Brown.
"Dalam wabah panti jompo di Kentucky, penghuni yang tidak divaksinasi tiga kali lebih mungkin terkena Covid-19.
Mayoritas rawat inap dan kematian termasuk di antara mereka yang tidak divaksinasi. Itu sebabnya vaksinasi adalah alat nomor satu sebagai senjata perlindungan saat memerangi pandemi ini dan dari semua variannya," tambahnya.