Yusril bersikeras meyakini bahwa hasil pemilihan yang sudah terjadi tidak bisa diteruskan ke Presiden dan diterbitkan Keppres pengangkatan Nyoman sebagai anggota BPK defenitif.
Jika pemilihannya tetap dilanjutkan, maka Yusril menganggap ada kemungkinan besar Presiden akan kalah menghadapi gugatan di PTUN.
“Karena Keputusan Presidenn itu nyata-nyata bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan asas-asas umum pemerintahan baik,” pungkasnya.
Moeldoko dan Yusril Sama-Sama Ambisi
Di sisi lain, Moeldoko dan Yusril Ihza Mahendra belakangan ini jadi sorotan publik, pasalnya ia dituding merancang skenario terkait gugatan uji materi (AD/ART) Partai Demokrat.
Keduanya diisukan berperan penting dalam memerintahkan mantan kader Demokrat untuk mengajukan gugatan ke pengadilan.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra.
Menurutnya, Moeldoko menjadi dalang di balik kegaduhan Partai Demokrat, Herzaki menuding jika Moeldoko dan Yusril Ihza Mahendra sama-sama ambisius.
"KSP Moeldoko berkoalisi dengan Yusril. Kedua orang ini sama-sama ambisiusnya. Egomania," kata Herzaky , Senin 4 Oktober 2021.
+++++
Menurut Herzaky, ada strategi khusus di balik pengajuan uji materi AD/ART Demokrat ke MA.
"Strategi mereka, Dalangnya Moeldoko, Wayangnya Yusril, dengan pemeran pembantu para pemohon tersebut. Kami tahu, bahwa yang namanya kontrak profesional, pasti ada rupiahnya. Itu wajar.