Deddy Corbuzier mulai merasakan gejala-gejala Covid-19, seperti demam dan pusing kepala.
"Tiba-tiba di minggu kedua setelah saya positif, saya demam tinggi hampir 41-an derajat celsius, saya vertigo," ujar Deddy Corbuzier.
Saat itu harapan Deddy Corbuzier untuk bertahan hidup mulai menipis, melihat hasil CT Thoraxnya makin memburuk hingga mengalami badai sitokin.
"Dua hari kemudian panas saya naik lagi, kata dokter Gunawan ini memburuk, saya cek lagi Thoraxnya udah di 60, naik dari 30, keadaanya masuk dalam kondisi badai sitokin," ujarnya.
Dengan kerendahan hatinya, Deddy Corbuzier hanya bisa pasrah dan berserah.
"Saya kaget, karena kondisi badai sitokin ini membuat orang meninggal, kondisi di mana hidup atau mati," kata Deddy Corbuzier.
Tanpa gejala apapun, ia mengalami badai sitokin dan paru-parunya rusak 60% dalam 2 hari.
"Yes it's a life and death situation. Hebatnya oksigen darah saya tidak turun bahkan diam di 97-99 karena pola hidup sehat saya selama ini hingga saya bisa selamat walau dengan kerusakan paru yang parah," bebernya, dikutip dari Instagram @mastercorbuzier.
Fakta Terkait Badai Sitokin
Terkait badai sitokin yang sempat dialami Deddy Corbuzier langsung membuat penasaran netizen: apa itu badai sitokin dan seperti apa dampak buruknya?
Seperti dimuat alodokter, Badai sitokin (cytokine storm) terjadi ketika tubuh melepaskan terlalu banyak sitokin ke dalam darah dalam jangka waktu yang sangat cepat.
Kondisi ini membuat sel imun justru menyerang jaringan dan sel tubuh yang sehat, sehingga menyebabkan peradangan. Kondisi ini diketahui dengan pemeriksaan D-dimer dan CRP pada penderita Covid-19.
Tak jarang peradangan tersebut membuat organ-organ di dalam tubuh menjadi rusak atau gagal berfungsi. Hal inilah yang membuat badai sitokin perlu diwaspadai, karena bisa sampai menyebabkan kematian.
BACA JUGA:Wajib Tonton! Star Wars Vision Versi Anime, 9 Episode Baru ini Sayang Jika Dilewatkan Begitu Saja